Peningkatan yang cukup tinggi terhadap penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) akhir - akhir ini terjadi di seluruh wilayah Indonesia, tidak terkecuali di
Provinsi Sumatera Selatan yang terkenal dengan Lumbung Pangan dan Energi
Nasional. Tingginya laju peningkatan
penggunaan BBM ini mengakibatkan devisa Negara terkuras untuk
mensubsidi BBM dalam negeri yang berada di bawah harga pokok BBM dunia. Oleh
karena itu, penggunaan BBM yang berasal dari sumber daya alam yang terbarukan
(renewable resources) produksi dalam negeri menjadi pilihan yang tepat dan sangat
potensial untuk mengganti BBM berbasis fosil dalam pemakaian sehari – hari,
terutama sebagai bahan bakar kendaraan bermotor dan rumah tangga. Salah satu pilihan alternatif yang sangat berpotensi untuk dikembangkan adalah penggunaan biodesel
yang diproduksi dari bahan baku hayati.
Biodiesel merupakan bahan bakar
nabati yang memiliki sifat seperti dengan minyak diesel, namun memiliki sejumlah
kelebihan. Kelebihan biodiesel di antaranya memiliki sifat pelumasan terhadap
piston mesin, bebas sulfur dan mengeluarkan asap buangan rendah. Berbeda dengan
solar yang biasa dikonsumsi oleh kandaraan selama ini, biodiesel merupakan
bahan bakar yang ramah lingkungan.
Menipisnya cadangan minyak bumi
secara nasional, akibat meningkatnya kebutuhan energi seiring dengan pertambahan penduduk, membuat pemerintah
berupaya mencari energi alternatif sebagai pengganti minyak bumi. Potensi
perkebunan kelapa sawit yang cukup banyak di Sumatera Selatan yang terdapat di
Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dengan areal luas perkebunan 71.124,81
hektar dan sudah mulai ditanam pada tahun 2000 dan sampai saat ini masih
dikembangkan luas areal perkebunannya. Di Kabupaten Ogan Ilir (OI) juga sudah
dimulai proses pembibitan kelapa sawit. Di Kabupaten OKU, kelapa sawit juga
banyak ditanam.
Minyak nabati merupakan produk utama yang bisa dihasilkan oleh tanaman kelapa sawit. Minyak nabati yang dihasilkan tersebut memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan minyak yang dihasilkan oleh
tanaman lain. Minyak nabati yang berasal dari kelapa sawit memiliki kadar kolestrol yang rendah bahkan tanpak kolestrol.
Potensi produksi per hektar
mencapai 6 ton per tahun, jika dibandingkan dengan tanaman penghasil minyak
lain (1,5 ton per tahun), tingkat produksi ini termasuk tinggi. Ada dua jenis minyak yang berasal dari pengolahan kelapa sawit yaitu minyak mentah CPO dan minyak inti sawit PKO. Minyak mentah CPO berwarna kuning, sedangkan minyak inti sawit KPO tidak berwarna (jernih). CPO atau PKO banyak digunakan
sebagai bahan industri pangan (minyak goring dan margarin), industri tekstil,
komestik dan sebagai bahan bakar alternatif (minyak diesel).
Prospek pasar bagi olahan kelapa
sawit cukup menjanjikan, karena permintaan dari tahun mengalami peningkatan
yang cukup besar, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri.
Karena itu, sebagai provinsi yang memiliki lahan tropis yang cukup luas,
Sumatera Selatan berpeluang besar untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit,
baik melalaui penanaman modal daging maupun skala perkebunan rakyat.
Dengan potensi kelapa sawit yang
banyak ini dapat diolah sebagai bahan bakar alternatif. Sehingga nantinya
Provinsi Sumatera Selatan dapat menjadi penghasil biodiesel dan akan
meningkatkan perekonmian rakyat sebagai dampak dari teknologi konservasi minyak
kelapa sawit ini.